Sumatra, Carbon stock, Biodiversity loss, Pulp & paper, Palm oil, gambut, hutan, kabut asap, karhutla, kebakaran, kertas, pulp, sawit, tesso nilo,
Eyes on the Forest melakukan analisa titik api terhadap konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di Riau. berdasarkan data satelit NASA FIRM VIIRS. Setidaknya terdapat 15 perusahaan yang terdeteksi memiliki titik api pada periode 28-30 Juli 2019, yang mana 2 perusahaan merupakan eks APP, 10 perusahaan anak perusahaan dari APRIL / Royal Golden Eagle dan 3 perusahaan termasuk ke dalam APP / Sinar Mas Grup. Total titik api yang terdeteksi mulai dari tanggal 28-30 Juli 2019 yakni 74 titik.
Dilansir dari harian Tribun Pekanbaru (30/7), Tim Satgas Udara Penanggulangan Karhutla Riau juga menemukan lahan kebakaran berada di sekitar kawasan perusahaan. “Kami menemukan ada lahan di sekitar perusahaan yang terbakar. Sesuai aturan, dua kilo dari lahan sekitar perusahaan masih menjadi tanggungjawab perusahaan” ungkap Jajang, komandan Sub Satgas Udara Karhutla Riau.
Angin kencang membuat kobaran api di lapisan gambut terus menyala. BMKG memprediksi angin yang kencang akan membawa asap di Riau bergerak ke arah Timur Laut atau menuju ke negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Asap bekas karhutla juga telah menyentuh paru-paru masyarakat di Riau. Hingga Selasa (30/7), Dinas Kesehatan Provins Riau mencatat 826 orang terserang ISPA yang tersebar di Pelalawan, Rokan Hilir dan Bengkalis. Dinkes memprediksi bahwa angka ini akan terus bertambah.
Made Ali, Koordinator Jikalahari, mengungkapkan bahwa lemahnya pengawasan KLHK menjadi salah satu penyebab terjadinya karhutla setiap musim kemarau.
“Pemerintah daerah lamban mengantisipasi atau mencegah, kerjaan klasik terjadi lagi, bekerja saat karhutla terjadi” ungkapnya dalam harian Riau Pos (31/7).