Memasuki bulan kemerdekaan Indonesia, nyatanya Indonesia belum merdeka dari ancaman kebakaran hutan dan lahan. Sejak awal Juli 2024, titik panas terdeteksi di Sumatera dan Kalimantan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru pada Jumat (26/7/2024) mendeteksi 328 titik panas (hotspot) di wilayah Sumatera, 45 di antaranya berada di Riau. Sejak Januari 2024, BPBD Riau mencatat 1.235 hot spot karhutla di Riau, 210 di antaranya merupakan fire spot. Hingga saat ini, kebakaran telah melahap sekitar 1.073,91 hektar lahan gambut dan hutan di berbagai daerah di Riau, termasuk Kabupaten Siak, Rohil, Pelalawan, Meranti, dan Indragiri Hulu.
Riau kembali diancam Karhutla. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat karhutla di Riau per Senin, 7 Agustus 2023, telah mencapai 1.146,53 hektar. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terluas terjadi di Kabupaten Bengkalis yang mencapai hampir 378 hektar.
Sejak medio April 2023, kabut asap akibat Karhutla telah menyelimuti kota Dumai dan Bengkalis. Hingga sepekan ini, karhutla sedikitnya telah menghanguskan lahan gambut berkedalaman 4 meter seluas lebih kurang 60 hektar, demikian data dari BPBD Provinsi Riau. Lokasi kebakaran terjadi di Desa Pelintung, Dumai, dan Desa Tanjung Leban, Kabupaten Bengkalis.
Eyes on the Forest bulan ini melakukan observasi pembuktian di lapangan (groundtruthing) akan adanya kebakaran hutan dan lahan di konsesi-konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) seperti yang terpantau oleh satelit NASA FIRMS VIIRS kurun Februari – Maret 2021.
Pandemi covid belum usai, masyarakat Riau kembali dihadapkan dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan data dari BPBD Provinsi Riau, sejak Januari 2021 hingga kini luas lahan yang terbakar mencapai lebih kurang 248 hektar. Dilansir dari harian detik (24/2), Kepala Pelaksana BPBD, Riau Edwar Sanger, mengatakan karhutla sudah melanda 8 daerah di Riau. Luas lahan terbakar bervariasi, dari 4 sampai 82 hektar.
Memasuki bulan bersejarah bagi negara Indonesia dan provinsi Riau, puluhan titik panas muncul lagi, di tengah kurangnya intensitas hujan. Dilansir dari Riau Mandiri, Senin (10/8), BMKG mencatat ada 88 titik panas yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Riau. Sedangkan sehari sebelumnya, yakni pada Minggu (9/8/2020), terdeteksi 38 titik panas.
Silih berganti perusahaan pembakar hutan dan lahan disidang di pengadilan. Pekan ini, terdakwa PT Adei Plantation, Direktur Goh Keng EE, kembali menjalani sidang lanjutan yang digelar di Pengadilan Negeri Pelalawan Selasa (21/7), terkait dakwaan pembakaran pada September 2019.
Kebakaran lahan PT Arara Abadi di Desa Merbau, Kabupaten Pelalawan yang terjadi pekan lalu menyita kemarahan pembela lingkungan hidup. PT Arara Abadi, pemasok bahan baku untuk Asia Pulp & Paper (APP), diduga sengaja melakukan pembakaran lahan seluas 83 hektar untuk ditanami kembali dengan akasia.
Tersangka kasus Karhutla PT Teso Indah yang terjadi pada tahun 2019 lalu akhirnya dijatuhi vonis di awal Juli 2020. Sutrisno dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) PT Teso Indah (TI), dan dihukum 16 bulan penjara.
Api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih muncul di sekitar perkebunan dan konsesi perusahaan hutan tanaman industri. Awal Juli giliran api menghampiri Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, ketika 3 Juli 2020 sekitar 2 hektar lahan karhutla membara di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), perbatasan PT Sumatera Riang Lestari (SRL) milik grup APRIL/RGE dengan PT Priatama Rupat, perusahaan sawit, di Desa Tanjung Kapal.
Di tengah perjuangan menghadapi pandemic virus corona, Indonesia khususnya Sumatera dan Kalimantan juga dihadapkan dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 29 Juni 2020, titik api muncul di Riau. Kekuatiran akan bergabungnya bencana karhutla bersama dengan pandemi penyakit virus corona-19 (covid-19) semakin membuncah.
Asap kebakaran hutan dan lahan kembali mengepung kota Pekanbaru. Kondisi ini telah berlangsung sejak dua bulan yang lalu dan terhenti sekitar sepekan akhir Agustus. Selasa pagi (10/9), jarak pandang bahkan berkisar antara 800 meter hingga 1 kilometer.
Kebakaran hutan dan lahan di Taman Nasional Tesso Nilo, Kabupaten Pelalawan, belum sepenuhnya berhasil dipadamkan. Tim gabungan Tesso Nilo yang terdiri dari Tim Elephant Flying Squad, Balai TNTN, Polri, dan Masyarakat Peduli Api (MPA binaan Balai Taman Nasional Tesso Nilo) terus melakukan upaya pemadaman di lapangan.
Eyes on the Forest melakukan analisa titik api terhadap konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di Riau. berdasarkan data satelit NASA FIRM VIIRS. Setidaknya terdapat 15 perusahaan yang terdeteksi memiliki titik api pada periode 28-30 Juli 2019, yang mana 2 perusahaan merupakan eks APP, 10 perusahaan anak perusahaan dari APRIL / Royal Golden Eagle dan 3 perusahaan termasuk ke dalam APP / Sinar Mas Grup. Total titik api yang terdeteksi mulai dari tanggal 28-30 Juli 2019 yakni 74 titik.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan kembali menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, pagi ini. Sebanyak 263 titik panas terdeteksi di Riau sejak 17 Juli hingga 24 Juli 2019, berdasarkan pantauan satelit NASA FIRMS VIIRS yang dianalisa oleh tim Eyes on the Forest.
Hasil pengecekan lapangan oleh Eyes on the Forest menemukan adanya kebakaran hutan dan lahan di konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di kabupaten Rokan Hilir dan kawasan prioritas restorasi gambut serta areal peta indikatif penundaan pemberian izin baru (PIPPIB) pekan lalu.
Dua lobi industri sektor kehutanan dan perkebunan mencabut uji materi Undang-Undang Nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Mahkamah Konstitusi (MK), sebuah langkah yang tetap menyisakan keraguan publik terhadap komitmen kelestarian oleh perusahaan.
Jikalahari melaporkan 49 konsesi korporasi yang terbakar sepanjang 2015 – 2016 di Riau kepada Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Jikalahari melaporkan 49 konsesi korporasi usaha Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan korporasi (HTI) kelapa sawit hasil temuan lapangan Eyes on the Forest (EoF) kepada Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) pada 1 Desember 2016 di Gedung Bromo, Kantor KSP, Jakarta.
Eyes on the Forest (EoF) melaporkan tindak pidana lingkungan hidup berupa pencemaran udara dan kriteria kerusakan lingkungan hidup atas kebakaran hutan dan lahan di dalam areal 49 korporasi hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit sepanjang 2014, 2015 dan 2016.
Laporan EoF yang diterbitkan hari ini menunjukkan bagaimana minyak sawit mentah (CPO) ditanam secara ilegal di kawasan lindung milik Negara seperti habitat satwa langka harimau Sumatera, gajah dan orangutan di hutan Sumatera.
Eyes on the Forest (EoF) mengeluarkan laporan investigasi terbaru mengangkat temuan lapangan soal kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di tahun 2015.
Eyes on the Forest (EoF) supports Riau police to name 16 out of 18 timber plantation suppliers and palm oil plantations suspects of forest and land burning in 2015.
Sinar Mas Group (SMG) and Asia Pulp & Paper (APP) last week denied publicly that their companies are involved in ongoing forest and land fires. Eyes on the Forest coalition said that media stunt by the giant company is ridiculous and hard to trust.
Indonesia Police Headquarters named PT BMH as a suspect of forest fires in South Sumatra and it is the second time the timber supplier of Asia Pulp & Paper (APP) convicted to the crime following its legal status in February last year.
President Joko Widodo called stern measures against companies involved in forest and land fires burning by rescinding their licenses, media report said today.
Eyes on the Forest says APRIL unable to provide evidence that PT Adindo Hutani Lestari (AHL) in North Kalimantan, an APRIL timber supplier, did not clear natural forest after 15 May, the day when APRIL pledged to halt its forest clearing in its modified Sustainable Forest Management Policy. EoF had reported this moratorium violation on 22 June.
NGOs in West Kalimantan analyzed that 217 fires hotspots detected by NASA Firms Eosdis during 28 June – 6 July 2015. 124 out of 217 hotspots or 57 percent was found in palm oil concessions and by districts, Kubu Raya is the most area hit by fires with 81 and followed by Ketapang and Sambas with 44 and 36 respectively.
Riau province is raged by forest and land fires where EoF analyzed based on NASA Firms Eosdis Data that total 426 fires hostspots detected during June 2015.
A supplier of Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) in North Kalimantan cleared natural forest on peatland in violation of APRIL’s recently launched 2nd version of the Sustainable Forest Management Policy (SFMP).
Fires hotspots still haunt Riau province as in recent week there were 114 fire hotspots that analyzed by Eyes on the Forest based on NASA Firms EOSDIS Data, and Bengkalis district still the area mostly suffered by fires with 62 hotspots.
Eyes on the Forest analyzed that 290 fires hotspots accumulatively detected in period of 11 January - 11 February 2015 where Bengkalis district has got 160 of it, the most among the district in Riau Province.
National Joint Team from some Government agencies revealed that 17 timber and plantation companies in Riau province failed to perform Compliance Audit in preventing forest and land fires, a joint inter-department task force said Friday.
Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT. Sumatera Riang Lestari Blok IV (Pulau...
Koalisi Eyes on the Forest pada Oktober – November 2015 melakukan investigasi lapangan berbasis data titik panas dan titik api yang dipantau satelit...