Laporan: Padamkan kebakaran dengan menghentikan konversi lahan gambut!

EoF Investigative Report / 07 August 2006

Padamkan kebakaran dengan menghentikan konversi lahan gambut

Laporan Eyes on the Forest Report mengenai kebakaran hutan 7 August 2006

Juli adalah bulan terparah kena kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Menurut MODIS Web Fire Mapper, 29,4% total titik api (hotspot) di Indonesia bulan Juli terjadi di Provinsi Riau, dengan 1.419 titik api totalnya. Provinsi itu juga bertanggungjawab karena menyebabkan 36,9% total titik api di Indonesia dari 1 Januari hingga 31 Juli 2006. Tanggal 25 Juli sendiri menunjukkan angka terbesar titik api per hari tahun ini, dengan 445 titik api. Kabut asap di Riau telah memaksa orang mengenaikan masker dan menyalakan lampu kendaraan mereka di siang hari karena visibilitas yang rendah, bahkan hingga 50 meter. Sejumlah penerbangan ditunda dan dibatalkan. Dilaporkan kabut asap mencapai Malaysia, Singapura dan Thailand. 

Eyes on the Forest melakukan satu analisa penyebaran titik api dari tanggal 24 hingga 31 Juli 2006, yang dideteksi oleh Forest Fire Prevention Management Project 2 (Januari hingga Juli 2004) dan MODIS Web Fire Mapper (Agustus 2004 hingga 31 Juli 2006) terkait dengan data penggunaan lahan dan status hutan yang dikumpulkan dan dipublikasikan melalui Eyes on the Forest Interactive Map. Peta-peta 1-4 di akhir laporan ini menunjukkan penyebaran titik api selama empa periode: Juli 2006, Januari – Juni 2006, 2004 dan 2005.

Analisa itu mencakup sebagai berikut: • 56% dari total titik api bulan Juli terjadi pada lahan gambut. Pada 2004, 2005 dan periode Januari – Juni 2006, 49%, 75% dan 66% dari titik api terjadi pada lahan gambut, secara berurutan (Peta 1-4, Tabel 1.1 & 1.2). Lahan gambut tropis memainkan peranan global yang krusial dalam penyimpanan karbon dan perbaikan iklim. 13% dari seluruh tanah gambut Asia Tenggara ada di Riau .

Sayangnya, kebakaran hutan dan lahan cukup parah di lahan gambut Riau setiap tahunnya. Emisi karbondioksida dari lahan gambut di Asia Tenggara yang diakibatkan oleh praktek manajemen tidak berkesinambungan (drainase gambut untuk perkebunan kelapa sawit dan HTI, pertanian, penebangan tidak berkesinambungan, kebakaran hutan dan lahan) adalah salah satu sumber terbesar tunggal dari emisi gas rumah kaca secara global, sepadan dengan 10% rata-rata emisi bahan bakar fosil global lebih dari 10 tahun lalu.

Karena itu, kebakaran pada lahan gambut Riau berandil secara signifikan bagi pemanasan global dan perlu dihentikan.

• Titik api pada Juli terdeteksi di dalam kawasan lindung: Suaka Satwa Liar Rimba Baling, Suaka Satwa Liar Giam Siak Kecil, Taman Nasional Tesso Nilo dan perluasan yang diusulkan (Peta 1). Kawasan-kawasan ini sangat perlu dilindungi dari kebakaran.

• Blok hutan Tesso Nilo perlu secara resmi diatur dan dilindungi secara mendesak demi konservasi gajah Sumatra yang langka. Titik-titik api terkonsentrasi di dua kawasan perambahan tidak sah dan berskala besar, Toro (12 titik api), dan Bukit Kesuma (19), di dalam dua konsesi HPH yang ada serta Bagan Limau (18 titik api) di dalam Taman Nasional. Pembakaran terbuka dipicu oleh para perambah dalam upaya membersihkan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. 

24% dari total titik api bulan Juli terjadi di dalam konsesi Hutan Tanam Industri. Pada 2004, 2005 dan Januari – Juni 2006, 28%, 36% dan 39% terjadi di dalam (Peta 1-4, Tabel 2.1 dan 2.2).

26% kebakaran bulan Juli ditemukan di dalam konsesi asosiasi APP, 17% di dalam konsesi asosiasi APRIL, dan 57% di dalam konsesi yang terkait dengan APP atau APRIL (Tabel 3.1 dan 3.2). Daftar 20 teratas konsesi dengan lebih banyak titik api pada Juli 2006 (Tabel 4) menunjukkan bahwa konsesi yang sama memiliki banyak titik api pada 2004, 2005 dan Januari – Juni 2006 juga. Bekas konsesi PT. Chandra Dirgantara (37.792 ha), dengan izin yang belum diketahui, antara Suaka Satwa Liar Kerumutan dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh mengandung kawasan hutan alam yang penting, termasuk di dalam koridor berpotensi satwa liar di Lanskap Konservasi Tesso Nilo Bukit Tigapuluh.

Bagaimanapun, konsesi ini memiliki jumlah terbesar titik api bulan Juli (59) di antara konsesi HTI di Riau. Untuk konsesi ini, diduga berasosiasi dengan APRIL. Konsesi PT. Rimba Rokan Perkasa, lewat izin Bupati, tumpang tindih dengan blok hutan Libo memiliki jumlah kedua terbesar titik api kebakaran pada Juli (45). Untuk konsesi ini diduga berasosiasi dengan APP. • 19% total titik api pada Juli terjadi di dalam konsesi Perkebunan Kelapa Sawit. Pada 2004, 2005 dan Januari – Juni 2006, 23%, 23% dan 40% terjadi di dalamnya (Peta 1-4, Tabel 2.1 dan 2.2).